Dilahirkan dari keluarga dalang, Enthus Susmono lahir pada tanggal 21
Juni 1966 di Desa Dampyak, Kecamatan Kramat, Kabupaten Tegal. Ia adalah
anak satu-satunya Soemarjadihardja, dalang wayang golèk terkenal di
Tegal, dengan istri ketiga yang bernama Tarminah, bahkan R.M.
Singadimedja, kakek moyangnya, adalah dalang terkenal dari Bagelen pada
masa pemerintahan Sunan Amangkurat di Mataram.
KI Enthus Susmono
dengan segala kiprahnya yang kreatif , inovatif serta intensitas
eksplorasi yang tinggi telah membawa dirinya menjadi salah satu dalang
kondang dan terbaik yang dimiliki negeri ini. Pikiran dan darah segarnya
mampu menjawab tantangan dan tuntutan yang disodorkan oleh dunianya,
yaitu jagad pewayangan. Gaya sabetannya yang khas kombinasi sabet wayang
golek dan wayang kulit membuat pertunjukannya berbeda dengan
dalang-dalang lainnya. Ia juga memiliki kemampuan dan kepekaan dalam
menyusun komposisi musik baik modern maupun tradisi (gamelan). Kekuatan
mengintrepretasi dan mengadaptasi cerita serta kejelian membaca isu-isu
up to date membuat gaya pakelirannya menjadi hidup dan interaktif.
Didukung eksplorasi pengelolaan ruang artisitik kelir menjadikannya
lakon-lakon yang ia bawakan bak pertunjukan opera wayang yang
komunikatif, spektakuler, aktual dan menghibur.
Ia adalah salah
satu dalang yang mampu membawa pertunjukan wayang menjadi media
komunikasi dan dakwah yang efektif. Pertunjukan wayangnya kerap
dijadikan sebagai ujung tombak untuk menyampaikan program-program
pemerintah kepada masyarakat, seperti: kampanye anti narkoba, HIV/Aids,
HAM, Global Warming, program KB, kampanye pemilu damai,sosialisasi
Mahkamah Konstitusi RI dan lain-lain Disamping dia juga aktif mendalang
di beberapa pondok pesantren melalui media Wayang Wali Sanga.
Kemahiran
dan “kenakalannya” mendesign wayang-wayang baru/kontemporer seperti
wayang Goerge Bush, Saddam Husein, Osama bin Laden, Gunungan Tsunami
Aceh, Gunungan Harry Potter, Batman, wayang alien, wayang tokoh-tokoh
politik dan lain-lain membuat pertunjukan wayangnya selalu segar, penuh
daya kejut dan mampu menembus beragam segment masyarakat. Ribuan
penonton selalu membanjiri saat ia mendalang. Keberaniannya melontarkan
kritik terbuka dalam setiap pertunjukan wayangnya, memposisikan tontonan
wayang bukan sekedar media hiburan melainkan adalah sebagai media
alternatif untuk menyampaikan aspirasi masyarakat.
Baginya,
wayang adalah sebuah kesenian tradisi yang tumbuh dan harus selalu
dimaknai kehadiriannya agar tidak beku dalam kemandegan. Daya kreatif
dan inovasinya telah mewujud dalam berbagai bentuk sajian wayang, antara
lain: wayang wali, wayang planet (2001-2002), Wayang Wali (2004-2005),
Wayang Prayungan, Wayang Rai Wong (2004-2006), Wayang Blong (2007) dan
lain-lain. Museum Rekor Dunia Indonesia-pun (MURI) menganugerahi dirinya
sebagai dalang terkreatif dengan kreasi jenis wayang terbanyak (1491
wayang). Dan beberapa wayang kreasinya telah dikoleksi oleh beberapa
museum di dunia seperti TROPEN Museum di Amsterdam-Belanda, Museum of
Internasional Folk Arts (MOIFA) di New Meksiko dan Museum Wayang Walter
Angts di Jerman Semuanya tak lain dimuarakan untuk meningkatkan
apresiasi masyarakat luas terhadap wayang, penajaman pasar dan
membumikan kembali wayang kulit di tanah air tercinta ini.
Pada
tahun bulan Januari 2009, Karya Wayang Kulit Ki Enthus dipamerkan dalam
event bergengsi di Museum Tropen Belanda dengan tajuk “ Wayang Superstar
The Theatre World of Ki Enthus Susmono. Kemudian pada bulan Juni 2009
Ki Enthus menggelar serangkain tour pentas wayang “DEWA RUCI” di
beberapa Negara seperti Belanda, Perancis dan Korea Selatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar